Ibu,
tahukah engkau apa yang kutunggu?
katakanlah,
akulah tokoh dalam dongengmu,
ksatria yang engkau puji,
bersenjatakan nurani,
yang menepati janjinya pada bumi.
Mengenai perahu yang tak kunjung menepi,
pantaskah untuk dinanti?
biarkan dia menjemput nasibnya,
serupa dengan retaknya tanah kering,
serta merta akan menutup kembali,
oleh deru hujan,
sahabatnya sang petir.
Ibu,
Malin Kundang telah menjadi batu,
akankah usai ceritamu?
Lalu bagaimana dengan harapanku,
untuk membangun istana berdinding salju,
yang menyejukkan hati semua manusia,
seperti di negeri dalam dongengmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar