Laman

Minggu, 22 Desember 2013

Salahkah Diri ini (2)

Karya Ilman Nasution

Dua bulan sudah berlalu, gw masih sendiri menunggu yang tidak pasti dan tak mau ambil pusing untuk mencari yang baru. Gw tetap menunggu dia yang saat ini masih dengan orang lain. Gw tetap melihatnya dari kejauhan, gw belum percaya dengan orang itu. Mungkin karena dari raut wajahnya atau mungkin dari cara dia berkata-kata/ bersikap dengannya beda dengan temannya. Gw tahu itu, akan tetapi itu hal yang tidak baik jika gw menilai kekurangannya saja. Maka dari itu gw tetap tidak mau untuk memberitahu dia. Jika gw pikir-pikir kalau gw bilang ke dia, nanti malah dia marah denganku. Jadi gw hanya menyimpannya dihati.

"Eh, lu Amri masih aja ngelamun ga jelas. Buat apa juga, yang lalu biarlah berlalu. Di dunia ini 2/3 manusia adalah wanita. Tapi lu masih aja mikirin mantan" celetuk Kiki.
"Ah lu Kiki, kok lu bisa masuk rumah gw sih, sejak kapan lu masuk ngeliat gw begini?"
"Oh itu sih mudah kok Ri, gw tadi masuk dengan seizin bokap lu jadi santai aja. Gw baru aja masuk, eh malah lu udah begini aja." kata Kiki.
"Oh yaudah".
"Gini Ri, gw cuma mau ngambil usb yang ketinggalan kemarin." Kata Kiki
"Oh, ini nih usb lu. Dah pulang sana." Kata Amri
"Oke, Makasih. Tapi inget ya kata-kata gw tadi."
"Eh, gw ga galauin dia juga lagi."
"Oh berarti galauin si dia yang saat ini pacaran lagi. hahahaha." celetuk Kiki
"Ah lu tau aja -_-"
"Dah dulu ya, gw ga punya waktu ni. gw pulang Assalamu'alaikum."
"Ya udah, Wa'alaikumussalam."

Hari itu terlewatkan dengan lamunan itu. Lamunan yang menurutku tidaklah penting sekarang, tapi bener juga kata Kiki. mmm, tapi gw ga terlalu sependapat sama dia, gw tetep pertahanin perasaan ini sama si dia. Gw mau tahu berapa jauhnya gw dapat melangkah dengan berpikir seperti ini.

Di sekolah saat itu setelah gw melaksanakan kewajiban yaitu shalat subuh, gw buka internet seperti biasa. Yah buat mendapatkan informasi sekaligus menunggu waktu untuk pergi kesekolah. Ini sudah kebiasaanku untuk membuka internet dan yang pasti membuka twitter dahulu. Gw selalu stalking twitter dia, gw liat-liat aja ada yang janggal ga dengan hubungannya. Gw cuma mau mastiin kalo dia ga disakitin sama pacarnya. Gw ga sudi kalo tuh pacarnya membuat dia ke jalan yang tidak semestinya dia langkahi.

Gw juga tahu kalo si dia itu anak rumahan. Gw denger-denger dari temannya kalo dia pernah diajak pergi ke mall, gw juga kurang tahu buat apa kesana. Gw ga habis pikir tuh cowok beraninya ngajak dia begitu, itu sama saja mendekati zina lantaran si dia dan pacarnya belum mempunyai ikatan yang sah menurut agama. Gw juga mikir-mikir nantinya bagaimana jika dia udah putus, terus gw nanggapinya bagaimana. Apakah musti senang atau tidak, mungkin seharusnya hal ini tidak kupikirkan jauh-jauh. Ini membuat gw terkadang tidak fokus pada saat belajar. Mungkin juga gw ga rela karena dia sudah pacaran lagi, seharusnya jika gw sayang ama dia, gw harus ngelepasinnya buat dia bahagia walaupun bukan dengan gw, sekarang dan nanti. Gw harus yakin jika memang dia jodoh gw, pastinya gw dan dia akan bertemu suatu saat nanti, bukan sekarang tapi nanti.

Hari-hari gw berlalu seperti biasa, sebenarnya gw ga mengerti gimana jalan pikir seorang cewek. Menurut gw memang susah untuk mengertiinya tapi mereka para cewek minta dimengertiin, inget aja, cowok memang terkadang ga peka karena cowok kebanyakan bukan perasa dan banyak memainkan logikanya sedangkan cewek seharusnya memberanikan diri untuk memulai percakapan dan walaupun itu bukan kebiasaan cewek untuk memulai tapi apa salahnya jika itu terjadi, apakah lu mau jika dia bersama orang lain lantaran lu minta dimengertiin terus sehingga lu sakit hati dan menyalahkannya?

Hidup ini terlalu singkat jika tidak ada perubahan menuju kebaikan. Karena hal-hal yang baik selalu indah, bukan hal-hal yang indah selalu baik. Itu sekarang menjadi beban pikiran gw akan tetapi gw ga berani membicarakannya, gw takut dia tersinggung dan marah sama gw, "Lu ga berhak nasehatin gw." katanya, mungkin. Gw selalu berbicara dengan diri sendiri dengan banyak kekurangan yang telah gw punya sekarang dan bagaimana untuk membuatnya menjadi kelebihan bukan kekurangan. Hal itu memang sulit jika kita saja tidak dapat memotivasi diri sendiri dengan kata-kata tersendiri karena terkadang hati ini tak dapat menerima nasehat orang lain akan tetapi jika kita menasehati diri sendiri itu lebih baik dan dapat diterima dengan jelas.

Sebenarnya gw tahu dia suka juga sama gw, gw ga tau pasti kenapa dia melakukan hal itu. Dan yang terbaik jangan pernah su'uzon dengan orang lain. Gw saja tidak mau dikatain yang tidak-tidak apalagi orang lain. Gw hanya ingin jaga jarak dan tidak menganggu hubungan mereka lantaran nanti jika gw melakukan hal yang sebaliknya berarti gw nanti menjadi orang ketiga yang merusak hubungannya.

Pernah waktu itu temannya keceplosan ngomongin gw dengan si dia. Yah karena gw sekelas sama mereka jadi gw tahu apa yang dibicarakannya. Itu tepat saat gw jalan menuju taman untuk mengerjakan pekerjaan sekolah dan saat itu si dia tepat di samping gw. Gw sih orangnya memang cuek tapi gw mendengar apa yang dibicarakan temannya sangat jelas walaupun temannya berada didepan gw. Tapi gw acuh tak acuh di depan mereka, akan tetapi setelah gw mempercepat langkah gw, gw tersenyum mendengarnya. Yah walau cuma kata-kata seperti "eh ***** pantes ga bareng gw, jelas aja Amri disebelah lu." terus gw ngeliat sekilas temannya dan memalingkan mata kepada mereka.

Gw juga ga tau apa yang ada dipikiran pacarnya itu sampai-sampai dia ga mau ngelepas sedetikpun pandangannya ke si dia. Apa mungkin pacarnya itu sekaligus bodyguard yang selalu menjaganya sekaligus terus berada didekatnya mungkin bisa dikatakan overprotective. Mereka selalu berada di hadapan gw tepatnya didepan gw saat bicara tapi hanya terkadang jika gw berada disana saja.

Entah apa gw dipermainkan mereka, apa mungkin mereka mau buat gw tambah sakit. Mereka menurut gw terlalu berdekatan saat ngobrol dan pacarnya itu selalu mau ditatap matanya, jujur saja mana boleh melakukan apa yang masih haram seperti itu. Karena saling bertatap mata itu adalah hal yang haram untuk orang yang bukan muhrim. Terlebih lagi mereka hanya pacaran, gw seketika ingin pergi dari sana. Tapi gw memantapkan hati untuk mengawasi mereka. Yah mungkin karena gw ada rasa ama dia, tapi sekali lagi gw mengingatkan diri gw bahwa gw harus mengikhlaskannya jika memang gw mencintainya.

Gw langsung menuju keluar tepatnya gw bersandar pada pintu untuk menemui si Kiki yang saat itu memanggil gw. Setelah berbincang-bincang dengan dia, gw pamit mau shalat terus gw manggil temen sebangku gw untuk shalat, karena pada saat itu sudah masuk waktu shalat dzuhur. Saat itu juga gw ga sengaja liat dia natap gw, bukan dengan pacarnya.

Gw tahu pacarnya mengetahui kalo si dia suka sama gw dan sebaliknya gw juga karena gw pernah denger waktu itu ada puisi yang mungkin buat gw, karena pada saat itu di lagi longgar hubungan dengan mantannya waktu itu dan saat itu ada kata-kata yang bukan untuk pacarnya sekarang, dan saat itu gw bukan mendengarnya dari mulutnya melainkan dari temen sekelas gw yang bilangnya gini "Ciee, untuk (nama pacarnya sekarang) ya eh tapi ini ada kata-kata yang menuju ke dia tuh *** ini ternyata bukan lu (nama pacarnya sekarang).Yang jelas gw mengerti apa perasaannya pada waktu itu.

Dan karena itulah gw sering membuat puisi, ya karena dia. Gw terkadang menyesal mengapa gw terlambat mengucapkan kata-kata indah itu dengannya. Tapi jujur, gw ga tau informasi tentang dia putus ama mantannya waktu itu. Gw langsung melepaskan pandangan gw dengannya dan memalingkannya ke temen sebangku gw. Saat itu juga gw menuju musholla yang berada di sekolah.

Hari-hari berlalu dan gw selalu melakukan aktivitas seperti biasanya setelah pulang sekolah. Kebetulan si Kiki datang kerumah gw.

"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam. Eh Kiki ada apa kesini, ga biasanya?" kata gw.
"Wah, jadi gw ga diterima masuk nih, ya udah gw pulang aja." kata Kiki.
"Eh, malah pulang. Udah sini masuk."

Bersambung :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar